Thursday 2 October 2014

Tidak Lagi Bangunan Tua Untuk Penginapan Jemaah Haji

Jakarta (Sinhat)--Kloter pertama jamaah haji akan diberangkatkan dari Bandara Halim Perdana Kusuma pagi ini. Perbaikan manajemen sudah dilakukan, kini tidak ada lagi penginapan di bangunan tua.
"Kita sudah lakukan pembenahan perbaikan, tempat peristirahatan di Mekkah dan Madinah dari sisi kualitas lebih baik. Tidak ada bangunan tua, semua bangunan baru," ujar Menag Lukman Hakim Saiifudin di asrama haji, Senin (1/9/2014).

Lukman mengutarakan, selain tempat peristirahatan, soal konsumsi makanan para jamaah juga lebih terorganisir. Tidak akan ada lagi makanan buat malam di makan siang hari.
"Sisi katering pengaturan ketat tidak hanya kualitas menu, tapi juga ketepatan waktunya. Selama di Madinah akan dapat makan siang dan malam akan dibedakan warnanya," ujar Lukman.
"Tidak boleh terjadi makan untuk siang disajikan malam hari," tambahnya lagi.
Sebanyak 448 jamaah haji dan 5 petugas kloter pertama dari DKI Jakarta dilepas untuk diberangkatkan ke Arab Saudi. Pelepasan ratusan jamaah haji terus dibagi dalam beberapa kelompok.
Pelepasan sendiri dilakukan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saiifuddin, Senin (1/9/2014) pukul 05.18 WIB. Mereka langsung akan menuju Bandara Halim Perdana Kusuma menuju Arab Saudi.(mch/ar)
Oleh Nur Hasan Murtiaji
REPUBLIKA.CO.ID, Sesaat sebelum Subuh, Jaziah tiba di tenda Maktab 16, kawasan Mina. Nenek berusia 65 tahun asal Purwokerto, Jawa Tengah ini baru saja menempuh perjalanan dari Muzdalifah.
Tanpa banyak beristirahat lagi, Jaziah bersama kawannya yang lain langsung melanjutkan dengan melakukan lontar jumrah usai Shalat Subuh. “Kami bahkan belum makan saat berangkat,” kata Jaziah yang ditemui di ujung terowongan Muaisim, Selasa malam.
Setelah melontar jumrah, rombongan Jaziah tak berhenti. Mereka melanjutkan perjalanan ke Masjidil Haram untuk tawaf ifadhah. Berhubung selama puncak haji tak ada transportasi untuk rute-rute tertentu, mereka pun berjalan kaki. Mina, Jamarat, dan Masjidil Haram, kembali ke Jamarat dan Mina. Jarak yang cukup jauh, bisa mencapai 10 kilometer.
Jaziah merupakan salah satu dari kisah jamaah kesasar di ujung terowongan Muaisim. Selasa malam itu, setidaknya ada tiga kali trip antaran jamaah menggunakan minibus ke tenda-tenda jamaah di Mina.
Sepasang jamaah asal Cilacap, Jawa Tengah juga bernasib sama. Sudah sejak Ashar kedunya keluar maktab. Namun, karena ada perubahan rute jalan, keduanya mesti melewati terowongan Muaisim.
“Dikasih tahu jalannya ditutup, dia ngotot tetap mau melalui jalan itu, ya sudah,” kata Agus, petugas haji yang mengantar jamaah tersebut ke Maktab 16.
Cerita lain saat 15 jamaah kesasar ditemui di Maktab 1. Padahal tendanya ada di Maktab 69. Jarak sekitar 1,5 kilometeran. “Sama sopir busnya diturunin di sini, tapi ternyata masih jauh,” kata jamaah asal Bondowoso, Jawa Timur ini.
Dalam pelaksanaan mabit di Mina, ujung terowongan Muaisim merupakan titik kunci. Di sinilah titik percabangan ke arah mana tenda mereka berada. Jika ke kanan, tenda mereka berada di Maktab 1 sampai Maktab 57. Sedangkan kalau ke kiri, Maktab 58 sampai Maktab 72.
Seolah deja vu di pintu Marwah terulang lagi. Di salah satu pintu Masjidil Haram inilah, banyak jamaah yang kesasar. Angkanya bahkan bisa lebih dari seratus dalam sehari. Apalagi, arah perjalanan jamaah haji Indonesia terpencar dari Masjidil Haram. Berbeda dengan lokasi tempat menginap jamaah di Mina yang lebih terkonsentrasi wilayahnya.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/kabar-dari-tanah-suci/deja-vu-marwah-muaisim/#sthash.UZddYRO7.dpuf
Oleh Nur Hasan Murtiaji
REPUBLIKA.CO.ID, Sesaat sebelum Subuh, Jaziah tiba di tenda Maktab 16, kawasan Mina. Nenek berusia 65 tahun asal Purwokerto, Jawa Tengah ini baru saja menempuh perjalanan dari Muzdalifah.
Tanpa banyak beristirahat lagi, Jaziah bersama kawannya yang lain langsung melanjutkan dengan melakukan lontar jumrah usai Shalat Subuh. “Kami bahkan belum makan saat berangkat,” kata Jaziah yang ditemui di ujung terowongan Muaisim, Selasa malam.
Setelah melontar jumrah, rombongan Jaziah tak berhenti. Mereka melanjutkan perjalanan ke Masjidil Haram untuk tawaf ifadhah. Berhubung selama puncak haji tak ada transportasi untuk rute-rute tertentu, mereka pun berjalan kaki. Mina, Jamarat, dan Masjidil Haram, kembali ke Jamarat dan Mina. Jarak yang cukup jauh, bisa mencapai 10 kilometer.
Jaziah merupakan salah satu dari kisah jamaah kesasar di ujung terowongan Muaisim. Selasa malam itu, setidaknya ada tiga kali trip antaran jamaah menggunakan minibus ke tenda-tenda jamaah di Mina.
Sepasang jamaah asal Cilacap, Jawa Tengah juga bernasib sama. Sudah sejak Ashar kedunya keluar maktab. Namun, karena ada perubahan rute jalan, keduanya mesti melewati terowongan Muaisim.
“Dikasih tahu jalannya ditutup, dia ngotot tetap mau melalui jalan itu, ya sudah,” kata Agus, petugas haji yang mengantar jamaah tersebut ke Maktab 16.
Cerita lain saat 15 jamaah kesasar ditemui di Maktab 1. Padahal tendanya ada di Maktab 69. Jarak sekitar 1,5 kilometeran. “Sama sopir busnya diturunin di sini, tapi ternyata masih jauh,” kata jamaah asal Bondowoso, Jawa Timur ini.
Dalam pelaksanaan mabit di Mina, ujung terowongan Muaisim merupakan titik kunci. Di sinilah titik percabangan ke arah mana tenda mereka berada. Jika ke kanan, tenda mereka berada di Maktab 1 sampai Maktab 57. Sedangkan kalau ke kiri, Maktab 58 sampai Maktab 72.
Seolah deja vu di pintu Marwah terulang lagi. Di salah satu pintu Masjidil Haram inilah, banyak jamaah yang kesasar. Angkanya bahkan bisa lebih dari seratus dalam sehari. Apalagi, arah perjalanan jamaah haji Indonesia terpencar dari Masjidil Haram. Berbeda dengan lokasi tempat menginap jamaah di Mina yang lebih terkonsentrasi wilayahnya.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/kabar-dari-tanah-suci/deja-vu-marwah-muaisim/#sthash.UZddYRO7.dpuf
Oleh Nur Hasan Murtiaji
REPUBLIKA.CO.ID, Sesaat sebelum Subuh, Jaziah tiba di tenda Maktab 16, kawasan Mina. Nenek berusia 65 tahun asal Purwokerto, Jawa Tengah ini baru saja menempuh perjalanan dari Muzdalifah.
Tanpa banyak beristirahat lagi, Jaziah bersama kawannya yang lain langsung melanjutkan dengan melakukan lontar jumrah usai Shalat Subuh. “Kami bahkan belum makan saat berangkat,” kata Jaziah yang ditemui di ujung terowongan Muaisim, Selasa malam.
Setelah melontar jumrah, rombongan Jaziah tak berhenti. Mereka melanjutkan perjalanan ke Masjidil Haram untuk tawaf ifadhah. Berhubung selama puncak haji tak ada transportasi untuk rute-rute tertentu, mereka pun berjalan kaki. Mina, Jamarat, dan Masjidil Haram, kembali ke Jamarat dan Mina. Jarak yang cukup jauh, bisa mencapai 10 kilometer.
Jaziah merupakan salah satu dari kisah jamaah kesasar di ujung terowongan Muaisim. Selasa malam itu, setidaknya ada tiga kali trip antaran jamaah menggunakan minibus ke tenda-tenda jamaah di Mina.
Sepasang jamaah asal Cilacap, Jawa Tengah juga bernasib sama. Sudah sejak Ashar kedunya keluar maktab. Namun, karena ada perubahan rute jalan, keduanya mesti melewati terowongan Muaisim.
“Dikasih tahu jalannya ditutup, dia ngotot tetap mau melalui jalan itu, ya sudah,” kata Agus, petugas haji yang mengantar jamaah tersebut ke Maktab 16.
Cerita lain saat 15 jamaah kesasar ditemui di Maktab 1. Padahal tendanya ada di Maktab 69. Jarak sekitar 1,5 kilometeran. “Sama sopir busnya diturunin di sini, tapi ternyata masih jauh,” kata jamaah asal Bondowoso, Jawa Timur ini.
Dalam pelaksanaan mabit di Mina, ujung terowongan Muaisim merupakan titik kunci. Di sinilah titik percabangan ke arah mana tenda mereka berada. Jika ke kanan, tenda mereka berada di Maktab 1 sampai Maktab 57. Sedangkan kalau ke kiri, Maktab 58 sampai Maktab 72.
Seolah deja vu di pintu Marwah terulang lagi. Di salah satu pintu Masjidil Haram inilah, banyak jamaah yang kesasar. Angkanya bahkan bisa lebih dari seratus dalam sehari. Apalagi, arah perjalanan jamaah haji Indonesia terpencar dari Masjidil Haram. Berbeda dengan lokasi tempat menginap jamaah di Mina yang lebih terkonsentrasi wilayahnya.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/kabar-dari-tanah-suci/deja-vu-marwah-muaisim/#sthash.UZddYRO7.dpuf
Oleh Nur Hasan Murtiaji
REPUBLIKA.CO.ID, Sesaat sebelum Subuh, Jaziah tiba di tenda Maktab 16, kawasan Mina. Nenek berusia 65 tahun asal Purwokerto, Jawa Tengah ini baru saja menempuh perjalanan dari Muzdalifah.
Tanpa banyak beristirahat lagi, Jaziah bersama kawannya yang lain langsung melanjutkan dengan melakukan lontar jumrah usai Shalat Subuh. “Kami bahkan belum makan saat berangkat,” kata Jaziah yang ditemui di ujung terowongan Muaisim, Selasa malam.
Setelah melontar jumrah, rombongan Jaziah tak berhenti. Mereka melanjutkan perjalanan ke Masjidil Haram untuk tawaf ifadhah. Berhubung selama puncak haji tak ada transportasi untuk rute-rute tertentu, mereka pun berjalan kaki. Mina, Jamarat, dan Masjidil Haram, kembali ke Jamarat dan Mina. Jarak yang cukup jauh, bisa mencapai 10 kilometer.
Jaziah merupakan salah satu dari kisah jamaah kesasar di ujung terowongan Muaisim. Selasa malam itu, setidaknya ada tiga kali trip antaran jamaah menggunakan minibus ke tenda-tenda jamaah di Mina.
Sepasang jamaah asal Cilacap, Jawa Tengah juga bernasib sama. Sudah sejak Ashar kedunya keluar maktab. Namun, karena ada perubahan rute jalan, keduanya mesti melewati terowongan Muaisim.
“Dikasih tahu jalannya ditutup, dia ngotot tetap mau melalui jalan itu, ya sudah,” kata Agus, petugas haji yang mengantar jamaah tersebut ke Maktab 16.
Cerita lain saat 15 jamaah kesasar ditemui di Maktab 1. Padahal tendanya ada di Maktab 69. Jarak sekitar 1,5 kilometeran. “Sama sopir busnya diturunin di sini, tapi ternyata masih jauh,” kata jamaah asal Bondowoso, Jawa Timur ini.
Dalam pelaksanaan mabit di Mina, ujung terowongan Muaisim merupakan titik kunci. Di sinilah titik percabangan ke arah mana tenda mereka berada. Jika ke kanan, tenda mereka berada di Maktab 1 sampai Maktab 57. Sedangkan kalau ke kiri, Maktab 58 sampai Maktab 72.
Seolah deja vu di pintu Marwah terulang lagi. Di salah satu pintu Masjidil Haram inilah, banyak jamaah yang kesasar. Angkanya bahkan bisa lebih dari seratus dalam sehari. Apalagi, arah perjalanan jamaah haji Indonesia terpencar dari Masjidil Haram. Berbeda dengan lokasi tempat menginap jamaah di Mina yang lebih terkonsentrasi wilayahnya.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/kabar-dari-tanah-suci/deja-vu-marwah-muaisim/#sthash.UZddYRO7.dpuf
Oleh Nur Hasan Murtiaji
REPUBLIKA.CO.ID, Sesaat sebelum Subuh, Jaziah tiba di tenda Maktab 16, kawasan Mina. Nenek berusia 65 tahun asal Purwokerto, Jawa Tengah ini baru saja menempuh perjalanan dari Muzdalifah.
Tanpa banyak beristirahat lagi, Jaziah bersama kawannya yang lain langsung melanjutkan dengan melakukan lontar jumrah usai Shalat Subuh. “Kami bahkan belum makan saat berangkat,” kata Jaziah yang ditemui di ujung terowongan Muaisim, Selasa malam.
Setelah melontar jumrah, rombongan Jaziah tak berhenti. Mereka melanjutkan perjalanan ke Masjidil Haram untuk tawaf ifadhah. Berhubung selama puncak haji tak ada transportasi untuk rute-rute tertentu, mereka pun berjalan kaki. Mina, Jamarat, dan Masjidil Haram, kembali ke Jamarat dan Mina. Jarak yang cukup jauh, bisa mencapai 10 kilometer.
Jaziah merupakan salah satu dari kisah jamaah kesasar di ujung terowongan Muaisim. Selasa malam itu, setidaknya ada tiga kali trip antaran jamaah menggunakan minibus ke tenda-tenda jamaah di Mina.
Sepasang jamaah asal Cilacap, Jawa Tengah juga bernasib sama. Sudah sejak Ashar kedunya keluar maktab. Namun, karena ada perubahan rute jalan, keduanya mesti melewati terowongan Muaisim.
“Dikasih tahu jalannya ditutup, dia ngotot tetap mau melalui jalan itu, ya sudah,” kata Agus, petugas haji yang mengantar jamaah tersebut ke Maktab 16.
Cerita lain saat 15 jamaah kesasar ditemui di Maktab 1. Padahal tendanya ada di Maktab 69. Jarak sekitar 1,5 kilometeran. “Sama sopir busnya diturunin di sini, tapi ternyata masih jauh,” kata jamaah asal Bondowoso, Jawa Timur ini.
Dalam pelaksanaan mabit di Mina, ujung terowongan Muaisim merupakan titik kunci. Di sinilah titik percabangan ke arah mana tenda mereka berada. Jika ke kanan, tenda mereka berada di Maktab 1 sampai Maktab 57. Sedangkan kalau ke kiri, Maktab 58 sampai Maktab 72.
Seolah deja vu di pintu Marwah terulang lagi. Di salah satu pintu Masjidil Haram inilah, banyak jamaah yang kesasar. Angkanya bahkan bisa lebih dari seratus dalam sehari. Apalagi, arah perjalanan jamaah haji Indonesia terpencar dari Masjidil Haram. Berbeda dengan lokasi tempat menginap jamaah di Mina yang lebih terkonsentrasi wilayahnya.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/kabar-dari-tanah-suci/deja-vu-marwah-muaisim/#sthash.UZddYRO7.dpuf

0 comments:

Post a Comment